Bunuh Manajer di Batam
Ditangkap di Buntu Pane
Judul kecil:
Tim gabungan Polresta Barelang dan Polres Asahan membekuk Sandy Triadi (23), Selasa (23/8) sekira pukul 01.00 WIB. Warga Dusun IV, Desa Buntu Pane, Buntu Pane, Asahan ini merupakan tersangka pembunuh manajer event organizer (EO) PT International Management Services Batam, Dodi (31) dan stafnya Riswandar (26).
Kapolres Asahan AKBP Marzuki melalui Kapolsek Prapat Janji AKP Syahril M kepada METRO, Selasa (23/8) menuturkan, Sandy sudah menjadi buronan Polresta Barelang, Kepulauan Riau sejak sekitar enam hari lalu atau pasca ditemukannya mayat kedua korban, Rabu (17/8) lalu. Jenazah Dodi dan Riswandar ditemukan dan dicor dengan semen di perumahan Anggrek Sari Blok F 7, Batam Centre.
“Tersangka kita amankan dari kediaman orangtuanya di Dusun IV, Desa Buntu Pane saat sedang tidur. Tidak ada perlawanan. Setelah melengkapi ha-hal yang bersifat administratif, tersangka langsung diboyong ke Polresta Barelang,” kata Syahril M.
Sementara itu, informasi lainnya yang dirangkum dari sejumlah sumber menyebutkan, Sandy dipastikan oleh polisi sebagai pelaku pembunuhan Dodi dan Riswandar berdasarkan pemeriksaan saksi-saksi. Dari 12 saksi yang dimintai keterangan, pelaku mengerucut kepada nama Sandy.
Sumber METRO di Polresta Barelang melalui perbincangan via ponsel, Selasa (23/8) malam mengatakan, 12 saksi yang dimintai keterangan terdiri dari dua warga komplek Anggrek Sari, seorang petugas security, pedagang material bangunan, pemiik rental mobil yang dipakai korban Dodi, Pendi Siregar teman kos Sandy di kawasan Tiban Centre dan Remon, seorang karyawan Dodi, yang memperkenalkannya dengan Sandy beberapa waktu lalu.
Sumber ini juga mengatakan, dalam kasus ini, Sandy tidak sendiri. Pihak Polres Barelang, kata dia, sebelumnya sudah mengamankan dua orang pria yang diduga kuat terlibat kasus ini yakni Budi dan Ramadhan. Keterlibatan kedua pria ini, ujar sumber yang merupakan personel Satreskrim ini adalah membantu kaburnya Sandy dari Batam, serta turut menghilangkan barang bukti hasil kejahatan pembunuhan tersebut.
“Dari keduanya lah, kita pastikan, tersangka utama kasus ini adalah Sandy,” ujarnya.
Adapun peran dari keduanya sesuai pemeriksaan, ujar sumber yang meminta identitasnya tidak dikorankan ini, usai menghabisi Dodi dan Riswandar, Sandy ke tempat kos Budi dan Ramadhan. Sandy bermaksud meminta bantuan untuk melarikan diri dengan alasan baru membunuh.
Ramadhan kebagian tugas mencari tiket bagi Sandy, dan Budi turut bersama Sandy meninggalkan kos mereka di Tiban. Selanjutnya, ketiganya menuju Batam Centre. Sandy mengendarai mobil, dan Budi membawa sepedamotor. Dari Batam Centre, tepatnya Taman Raya, mobil yang digunakan Sandy ditinggalkan dan lantas Sandi menuju pelabuhan Telaga Punggur bersama Budi. Lalu melanjutkan perjalanan ke Tanjungpinang dan pulang ke Medan, setelah sempat menginap semalam di Tanjung Pinang.
“Untuk lebih detailnya, hubungi Kasatreskrim saja ya. Nanti saya kirim nomornya,” kata sumber ini mengakhiri perbincangan.
Sayangnya, kemarin (23/8) malam, nomor ponsel Kasatreskrim Polresta Barelang Kompol Yos Guntur tidak berhasil dihubungi, meski telah berulang kali dicoba.
Sebelumnya kepada wartawan, Sabtu (20/8) lalu, Kasat Reskrim Polresta Barelang Kompol Yos Guntur menuturkan, tersangka Sandy merupakan karyawan korban.
Kuat dugaan, Sandy nekad menghabisi nyawa Dodi karena butuh uang untuk membayar utang. Terungkapnya motif pembunuhan ini berasal dari pengakuan Budi dan Ramadhan yang merupakan teman satu kost Sandy yang ikut membantu pelarian diri pelaku hingga menghilangkan beberapa barang bukti hasil kejahatan yang disampaikan kepada penyidik kepolisian.
“Motifnya masalah uang, pelaku mengaku kepada dua saksi dia memiliki banyak hutang," ujar Yos Guntur.
Kapolresta Barelang Kombes Eka Yudha Satriawan di lokasi perumahan Anggrek Sari Blok F 7, Batam Centre, Rabu (17/8) lalu menuturkan, kedua korban diduga telah dibunuh sejak tiga atau empat hari lalu karena mayatnya sudah membusuk.
Tapi baru diketahui telah membusuk sekitar pukul 09.00 WIB, Rabu (17/8) setelah pemilik rumah mendatangi TKP.
“Saya disuruh oleh keluarga Dodi di Jakarta cek ke rumah karena setiap di telepon tidak dijawabnya. Jadi saya kesini pagi-pagi tadi (kemarin, red),” ujar Sugeng, pemilik rumah dua lantai itu kepada wartawan baru-baru ini.
Ia mengaku berusaha masuk, tapi pintu dalam kondisi terkunci rapat. Ia lalu menyuruh anaknya yang lain untuk membawa kunci serap. Setelah pintu dibuka, bau busuk dan anyir darah langsung menyeruak menusuk hidung. Setelah diperiksa, terdapat banyak bercak darah di lantai dasar rumahnya serta anak tangga menuju kamar di lantai dua.
Pria paruh baya ini kaget melihat dua penghuni rumah itu telah membusuk di depan kamar mereka.
Setelah dihubungi, polisi langsung ke lokasi dan melakukan olah TKP. Sejumlah barang bukti hasil kejahatan itu diamankan di antaranya 1 bilah pisau, pakaian penuh bekas bercak darah milik korban, 1 buah sekop pasir, dan alat tukang lainnya.
Menurut Kapolresta, kedua korban diduga dibantai di lantai dasar rumah tersebut. Mayatnya kemudian diseret ke lantai dua dimana mereka dicor.
“Pelaku kemungkinan mau menguburi mereka dengan cara dicor," ujar Eka Yudha.
Sebelum dicor kata alumni Akpol tahun 1988 ini, pelaku terlebih dulu melucuti seluruh pakaian korban. Mayat yang dalam kondisi bugil itu lalu dijejer dengan posisi telungkup kemudian dicor. Kuat dugaan, karena kehabisan semen dan pasir, pelaku tidak menuntaskan kuburan tersebut.
Informasi dihimpun koran ini, diduga sebelum tewas, korban dan pelaku sempat berkelahi di TKP karena begitu banyak bercak darah yang menempel di dinding, kursi maupun lantai. (ing/spt/jpnn/int)